Wednesday, December 2, 2015

Perang (3)

Baca juga; (Perang 1)

“Aku khawatir dengan pilihan jalanmu.”
“Aku sudah paham risikonya, pun Merekaku.”
“Aku khawatir…”
“Buat apa? Kamu tidak pernah terlalu paham soal apa yang aku kemukakan.”
“Niat kita serupa baiknya, tapi caramu berbahaya.”
“Aku mau merubah sistem.”
“Karena kamu kecewa pada peradaban; katamu waktu itu.”
“Betul. Jadi aku mau merubah sistem.”
“Dengan perang, satu waktu kamu memang bakal berhasil merubah sistem. Tapi, di satu waktu yang lain, yang kamu bangun bakal dikudeta.”
“Bukan masalah. Memang akan terus seperti itu.”
“Tapi kamu tidak akan pernah tahu, yang melakukan kudeta itu bakal membawa sistem yang lebih baik atau tidak.”
“Bagaimana dengan kamu? Kamu punya cara buat melaksanakan niatmu?”
“Tentu, dengan cinta dan hati. Dengan itu seseorang bakal berubah. Makin banyak jumlahnya, berubahlah sebuah sistem.”
“Caramu tidak visioner!”
“Caramu bakal membuat kamu dan Merekamu berdarah!”

Kami berhenti berucap sambil mengatur napas. Saya tidak pernah kekurangan keberanian buat memandangi matanya yang polos tapi kelewat galak itu. Dia balas memandangi saya, namun dari tatapan matanya, dia seperti berkata,”Saya dan kamu sudah selesai.”

No comments: