Friday, June 16, 2017

Ragam Cara Pamer Keberhasilan Menulis, Mana yang Paling Kurang Ajar?



Sumber: Gugel


Ada ragam cara bagi seseorang, buat merayakan keberhasilannya dalam menulis. Barangkali, lebih tepat lagi disebut apa yang dianggap keberhasilan bagi seseorang tersebut. Bagi seseorang tersebut berhasil, bukan berarti bagi orang lain. Begitu bukan? Sebabnya, masing-masing orang memiliki standar keberhasilan yang berbeda. Berikut ragam cara merayakan keberhasilan menulis, yang barangkali pernah kamu temukan di sekeliling…

1.      Memaksa Orang Lain Mengakui

Orang dengan tipe ini, gemar memotret karyanya yang berhasil masuk media. Media tersebut, sesunggunya media yang tidak terlalu banyak dibaca orang lain. Potret tersebut, selanjutnya dikirimkannya pada teman dan kemudian dirinya setengah memaksa teman tersebut buat mengunggah potret tersebut, memergunakan akun si teman.Duh, pernah nggak kamu menemukan yang model begini? Kalau saya sih, jelas menolak paksaan model begitu. Toh, masing-masing dari kita tentu memiliki kesadaran sendiri, untuk mengapresiasi karya teman, bukan?


2.      Pencitraan Di Sosial Media
Ada juga nih, yang gemar bikin caption berpanjang-panjang di sosial media. Predikat penulis disematkannya sendiri dalam profil sosial media. Belum lagi hastag soal menulis yang disertakan berbarengan dengan caption tasi, semisal hastag ‘perempuan penulis’, ‘penulis Indonesia’ dan lain sebagainya. Jika ditelusuri, selain aktivitas membuat caption panjang, tidak ada karya nyata dalam dunia menulis yang sungguh dilakukan. Caption yang dibikin pun, seringkali hanya mirip tulisan-tulisan orang lain.
Kamu jangan marah dengan yang model begini. Jika kamu sanggup, ajak dia menulis betul-betul. Kalau kamu nggak sanggup, doakan dia sadar untuk segera betul-betul menulis. Kalau tidak, dia hanya akan dilecehkan orang lain karena hanya menang citra, kurang karya. Mestinya, kamu kasihan pada tipe ini, bukannya marah.

3.      Sekadar Pamer Foto
Tipe ini biasanya senang mengunggah foto karyanya yang masuk media. Mirip dengan poin nomor satu. Media yang dimaksud di sini pun, bukan juga media yang banyak dibaca orang. Hanya saja, tipe ini lebh mending ketimbang tipe 1. Tipe ini mengunggah karyanya dengan memergunakan akun miliknya sendiri. Ya… meski dari fotonya, hanya terlihat nama dan judul.
Orang dengan tipe ini, tidak memiliki niat membukukan tulisan yang fotonya diunggah tersebut. Namun, mereka juga tidak berpikir membuat karyanya bisa dibaca orang lain selain buku, misal dengan foto yang lebih jelas atau diposting pada blog. Tipe ini hanya fokus pada kata ‘muat’.

4.      Berani Branding, Berani Berkarya
Orang dengan tipe ini, gemar mengunggah foto tulisannya yang berhasil masuk kompetisi, masuk media atau lainnya memergunakan akun miliknya sendiri. Foto unggahan ini, mirip dengan tipe 3. Fokusnya pada kata muat dan menang, juga nama. Tujuannya? Tentu saja branding. Mengapa bisa disebut branding? Hal ini dikarenakan orang tersebut, berniat membukukan karya-karya yang gemar diunggahnya. Tidak mungkin dong, dia membuka begitu saja karya tersebut untuk bisa dibaca orang lain Kalau semua orang sudah membaca, siapa dong yang mau beli bukunya kelak?
Karya-karya yang sengaja diunggah dalam bentuk foto, meski tidak bisa dibaca, adalah bentuk menaikkan kelasnya di depan calon pembaca. Calon pembaca dibuat yakin dan penasaran untuk membeli karya tersebut apabila dibukukan kelak.

5.      Murah Share Tulisan
Tipe ini, memilih mengunggah tulisannya secara utuh agar dapat dibaca orang lain, entah melalui e-paper atau blog gratis. Label menang dan muat hanya untuk menarik perhatian orang lain, agar juga tertarik membaca karyanya yang lain, meski tanpa label menang atau muat, entah tulisan yang dibagikan secara gratis atau tulisan yang kelak bakal dikomersilkan. Tipe ini mirip dengan tipe poin 4, hanya saja dengan cara yang sedikit beda. Fokusnya, bagaimana orang lain bisa membaca karya tersebut sebebas dan seluasnya.

Jadi, kamu masuk tipe yang mana? Seberapa jauh kamu kurang ajar?

No comments: